Seberapa besar pengaruh keluarga dalam membentuk kepribadian seseorang? Jawabannya, tentu sangat besar sekali. Kita mengawali kehidupan dengan berinteraksi di dalam keluarga.
Membiasakan diri untuk beradaptasi dengan peraturan dan etos kerja yang ada di dalam tiap rumah tangga tentu akan membawa pengaruh pada karakter dan sikap kita. Orangtua yang memiliki sikap disiplin yang tinggi secara langsung akan memberikan contoh yang baik kepada anak-anak dan anggota keluarga lainnya.
Bila kita memiliki keluarga yang harmonis, disiplin dan pekerja keras, maka hal tersebut akan terbawa hingga kita beranjak dewasa dan memasuki dunia kerja. Salah satu contoh kedisiplinan keluarga yang melekat dan terbawa hingga ke dunia bisnis ada pada sosok Djoko Susanto.
Siapa Sebenarnya Djoko Susanto?
Nama Djoko Susanto mungkin masih terdengar asing di telinga sebagian masyarakat Indonesia. Pria kelahiran 9 Februari 1950 ini terlahir dengan nama A Kwie. Djoko kecil lahir di tengah keluarga sederhana yang selalu bekerja keras demi berjuang melanjutkan hidup. Sejak masa balita, Djoko sudah akrab dengan hal-hal berbau kerja keras di rumahnya dari pagi hingga larut malam. Walaupun bisa meningkatkan risiko frustasi, nyatanya hal tersebut malah membuat Djoko tumbuh menjadi anak yang mandiri, disiplin dan menjadi pekerja keras.
Di usianya yang menginjak 17 tahun, Djoko sudah mendapat kepercayaan dari orangtuanya untuk mengelola kios sederhana milik keluarga di kawasan Pasar Arjuna, Jakarta. Kios yang bernama Sumber Bahagia itu awalnya hanya menjual beragam bahan makanan. Namun rupanya insting bisnis Djoko mulai terpanggil dan ia ingin menjajakan rokok di kios tersebut.
Insting bisnis Djoko rupanya menunjukkan tanda-tanda gemilang. Setelah menjual rokok, perlahan-lahan kios Sumber Bahagia mulai memiliki banyak pelanggan berupa pedagang grosir maupun pembeli eceran. Kesuksesan Djoko mengelola kios sederhana rupanya menarik Putera Sampoerna, sang pemilik perusahaan rokok tembakau dan cengkeh tersebsar di Indonesia. Bersama dengan Putera Sampoerna, Djoko kemudian menjalin kerjasama dan membuka 15 kios di daerah Jakarta.
Bermula dari Rokok, Lalu ke Bisnis Supermarket
Dari kesuksesan membuka kios tersebut, Putera dan Djoko kemudian sepakat untuk membuka sebuah supermarket yang diberi nama Alfa Toko Gudang Rabat. Nama tersebut kemudian disederhanakan di tahun 1994 menjadi Alfa Minimart. Namun rupanya kerjasama yang terjalin selama puluhan tahun tersebut harus berakhir di tahun 2005, ketika Putera Sampoerna memutuskan untuk menjual perusahaan Sampoerna beserta seluruh saham dan anak perusahaannya kepada Phillip Morris International.
Aset yang dijual tersebut juga termasuk 70% saham Alfa Minimart yang sudah lama dikelola bersama Djoko. Phillip Morris Internasional rupanya tak tertarik dengan bisnis retail tersebut sehingga akhirnya mereka menjual saham Alfa Minimart pada Djoko dan investor ekuitas swasta bernama Northstar. Seiring makin majunya bisnis minimarketnya, di tahun 2013 Djoko bahkan membeli saham Northstar dan memiliki 65% saham di perusahaan tersebut.
Kesuksesan Alfamart
Setelah 2 tahun menyudahi kerjasama dengan Putera Sampoerna, Djoko membentuk Alfa Midi di bawah naungan PT. Midimart Utama. Meskipun upaya diferensiasi branding ini berhasil, namun kala itu Djoko juga harus merelakan Alfa Supermarket dijual pada pihak Carrefour. Akhirnya kejadian tersebut membuat Djoko lebih fokus terhadap perkembangan bisnis retail minimarket, dibawa naungan brand Alfamart dan Alfa Midi.
Keinginan Djoko untuk fokus di bidang retail mini market membuahkan sukses besar. Bahkan Djoko juga berhasil membuat jalinan kerjasama antara Alfa Midi dan Lawson, salah satu waralaba convenience store yang berasal dari Jepang.
Banyak sekali kesuksesan yang sudah diraih Alfamart di bidang bisnis retail. Pada thaun 2012, Alfamart memperoleh penghargaan Top Brand dan yang diselenggarakan oleh lembaga riset Frontier Consulting Group. Sementara itu di tahun yang sama, Alfamart juga berhasil memperoleh penghargaan dari ajang Indonesia Best Brand Award untuk kategori minimarket terbaik.
Beragam penghargaan dan kesuksesan tersebut membawa Alfamart menjelma menjadi kerajaan bisnis yang kuat dengan 3.000 gerai#waralaba hingga tahun 2009. Seluruh kesuksesan yang sudah diraih Djoko Susanto membawanya menempati posisi ke 27 orang terkaya di Indonesia versi majalah Forbes tahun 2014. Kekayaan tentu tak selalu jadi nomor 1, karena isnting bisnis dan kerja keraslah yang akan membuahkan hasil yang besar. Teladani sikap kerja keras dan jeli melihat peluang bisnis dari seorang Djoko Susanto.
0 komentar:
Posting Komentar