Dr. (HC) H. Muhammad Taufiq Kiemasatau yang lebih akrab dikenal sebagaiTaufiq Kiemas lahir di Jakarta pada tanggal 31 Desember 1942 dari pasangan Tjik Agus Kiemas dan Hamzathoen Roesyda. Beliau merupakan politikus terkenal yang memperjuangkan pancasila di era pasca revolusi. Taufiq Kiemas merupakan suami dari presiden wanita pertama Indonesia Megawati Soekarnoputri. Beliau juga menjabat sebagai ketua MPR-RI pada priode 2009-2014. Namun, di pertengahan tahun 2013 yakni tanggal 8 Juni 2013, beliau menghembuskan nafas terakhir di Singapura akibat gagal ginjal.
Sebelum meninggal, Taufiq Kiemas sempat memberi wasiat mengenai penggantinya di MPR-RI. Taufiq Kiemas berpesan agar pemimpin MPR nantinya tidak boleh dipilih berdasarkan voting melainkan harus mealalui konsensus.
Pendidikan dan Politik
Taufiq mengenyam pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya dan tergabung aktif dalam Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia, kelompok mahasiswa binaan PDI, semasa ia mahasiswa.
Kemudian ia bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia dan terpilih sebagai anggota DPR/MPR-RI pada tahun 1992. Selama masa Orde Baru, karier politiknya banyak dikebiri oleh pihak penguasa. Kariernya mulai cemerlang setelah rezim Soeharto tumbang.
Pada pemilu 1999, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI Perjuangan) sebuah partai yang didirikan istrinya keluar sebagai pemenang. Kemenangan ini mengantarkan istrinya menjadi Wakil Presiden dan kemudian Presiden Indonesia kelima.
Kini sebagai salah satu tokoh penting di partai, ia menjabat sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Pusat (Deperpu). Ia kembali terpilih menjadi anggota DPR periode 2009–2014 dari PDI-Perjuangan untuk Daerah Pemilihan Jawa Barat II.
Salah satu pemikiran besarnya adalah mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk menjunjung Empat Pilar Kebangsaan, yakni kembali memeluk Pancasila sebagai falsafah hidup, melaksanakan UUD 1945, mengukuhkan NKRI, dan menjadikan Bhinneka Tunggal Ika sebagai kulminasi perilaku bangsa.
Tepat bersamaan dengan ulang tahun ke-70, Taufiq Kiemas meluncurkan biografinya yang berjudul Gelora Kebangsaan Tak Kunjung Padam. Buku setebal 471 halaman itu berisi perjalanan hidup Taufiq Kiemas sejak kecil, besar di Yogyakarta, dan mulai masuk di kancah politik nasional, hingga menjadi ketua MPR.
Menurut dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung (FISIP Unila) itu, di Bandarlampung, Minggu, Taufiq Kiemas selaku Ketua MPR yang juga sesepuh PDI Perjuangan itu adalah tokoh nasionalis tulen. Arizka juga menyatakan bahwa ide-ide yang disampaikan Taufiq Kiemas itu, juga selalu identik dengan perjuangan Presiden pertama RI Ir Soekarno.
Sebagai politikus terkemuka, banyak penulis yang mengulas karier politik Taufiq Kiemas, diantaranya ialah karya Derek Manangka yang berjudul Jurus Dan Manuver Politik Taufiq Kiemas: Memang Lidah Tak Bertulang yang terbit pada tahun 2009.
Sakit hingga Wafat
Taufiq Kiemas menderita gangguan jantung dan ginjal. Ia pernah menjalani operasi pemasangan alat pacu jantung di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita Jakarta pada Oktober 2005 dan dirawat selama dua minggu lebih. Pada 17 Desember 2011, ia menjalani operasi pergantian baterai alat pemacu jantung di Rumah Sakit Harapan Kita.
Taufiq Kiemas sempat melakukan tugas kenegaraannya yang terakhir di Ende untuk memperingati Hari kelahiran Pancasila pada tanggal 1 Juni 2013.
Di tempat itu, nilai-nilai Pancasila lahir. Saat Wapres menekan tombol peresmian, Taufiq tampak tersenyum dan ikut bertepuk tangan bersama ribuan masyarakat yang hadir. Taufiq pun sempat berfoto bersama rekannya di bawah pohon sukun yang menjadi saksi sejarah itu.
Setelah pulang dari tugasanya di Ende, kondisi beliau mulai menurun akibat gangguan ginjal yang dideritanya sehingga beliau pun susah buang air kecil. Lantas Taufiq dibawa ke rumah sakit Singapore General Hospital. Pada tanggal 6 Juni 2013 kondisinya sempat membaik.
Setelah menjalani perawatan di Singapore General Hospital, Singapura, pada hari Sabtu, 8 Juni 2013 pukul 19.05 waktu setempat, Taufiq Kiemas meninggal dunia di Singapore General Hospital akibat gangguan ginjal. Jenazahnya dishalatkan di hanggar Landasan Udara Halim Perdanakusuma sebelum dimakamkan secara militer pada 9 Juni 2013 di Blok M 114, Taman Makam Pahlawan Kalibata di samping makam kedua orangtuanya.
Setelah reformasi, peran dan pengaruh Taufiq sangat signifikan dalam menentukan arah dan peta perpolitikan di Indonesia. Bukan semata-mata karena statusnya sebagai suami mantan Presiden Presiden Republik
Indonesia Kelima (2001-2004) Megawati Soekarnoputri, tapi juga karena posisinya yang cukup sentral sebagai Ketua Dewan Pertimbangan DPP PDI Perjuangan. Dia piawai memainkan perannya sebagai aktor politik, lewat berbagai manuvernya yang telah mewarnai kanvas perpolitikan negeri ini.
Sumber, republika.co.id
alapalap.com
wikipedia.org
kompas.com
detik.com
0 komentar:
Posting Komentar